Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

Sabtu, 24 Mei 2014

Jenis Tingkatan Strategi Dan Teori Menulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mempelajari bahasa itu sangat penting, karena dalam bahasa mencangkup beberapa hal yang saling berkaitan seperti mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang tak mungkin terpisahkan. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai terutama bagi sivitas akademik, karena sivitas akademik harus mampu mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (ipteks) demi kemajuan bangsa, apabila tidak didokumentasikan oleh tulisan maka tidak akan ada artinya dan mudah untuk dilupakan.
Pada kenyataannya banyak sekali orang yang menyukai menulis, karena menulis itu sangat bermanfaat sekali. contohnya saja ketika membuat karya ilmiah harus tahu bagaimana cara menulis karya ilmiah dengan baik, jenis-jenis tulisan yang baik, jenis kajian pustaka dan tahap-tahap penulisan karya ilmiah semua itu harus dipelajari.


1.2  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan jenis tulisan?
2.    Bagaimanakah tingkatan menulis?
3.    Bagaimana strategi menulis?
4.    Bagaimana teori menulis?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis tulisan
3.      Untuk mengetahui tingkatan menulis
4.      Untuk mengetahui strategi menulis
5.      Untuk mengetahui teori-teori menulis

1.4  Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam hal ini adalah:
Ø  Study pustaka melalui berbagai sumber, baik buku dan internet



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Jenis Tulisan
1.      Eksposisi
Eksposisi mencangkup dua bagian (Tarigan, 2008: 70) yaitu:
a.    Definisi  
  Definisi adalah sejenis penyikapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan. Pada hakikatnya definisi merupakan suatu tindakan pembahasan, yang hendak memberikan pengertian sesuatu istilah sejelas mungkin.
Richard M. Weaver membedakan 3 jenis definisi:
a)    Definisi kamus
b)   Definisi logis atau formal
c)    Definisi secara luas
b.    Analisis
Analisis sama halnya dengan klasifikasi, analisis merupakan suatu proses pembagi-pembagi bahan bagi maksud-maksud penyikapan. Tetapi klasifikasi hanya memusatkan perhatian pada pengenalan dan pemberian suatu pokok pembicaraan.  Tujuan analisis tidak hanya membagi-bagi butir pokok menjadi bagian-bagian komponennya, tetapi menelaah serta menilai hubungan bagian-bagian tersebut.
Analisis dibagi dua (Tarigan, 2008: 77) yaitu:
a.    Analisis proses
b.    Analisis butir
Jadi, jenis tulisan eksposisi merupakan sebuah tulisan yang bertujuan membuka atau memaparkan suatu informasi yang aktual. Contohnya pada berita di koran yang menceritakan tentang kejadian-kejadian yang nyata. Hal seperti itu merupakan sesuatu yang harus dipublikasikan yang bentuk tulisannya yaitu tulisaan eksposisi.
1.      Deskripsi
Deskripsi mencangkup dua bagian (Tarigan, 2008: 82) yaitu:
a.     Deskripsi ekspositori
b.    Deskripsi literer
Jadi, jenis tulisan deskripsi merupakan jenis tulisan yang menggambarkan kejadian yang sebenarnya, sehingga pembaca bisa merasakan apa yang dirasakan penulis. Menulis deskripsi digunakan jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat dan rasa dari hal yang diamatinya.dalam membaca tulisan deskripsi, pembaca dituntut untuk menggunakan panca indra.
2.      Narasi
Narasi mencangkup (Henry Guntur Tarigan, 2008: 82):
a.    Urutan waktu
b.    Motiv
c.    Konflik
d.   Titik pandang
e.    Pusat minat
Jadi, jenis tulisan narasi adalah jenis tulisan yang menyajikan serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada pembaca, sehingga apa yang dipaparkan oleh penulis bisa dijadikan pengalaman dan bisa diaplikasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari dengan alasan yang dijadikan pengalaman itu hal yang positif.
3.      Argumentasi
Argumentasi dipergunakan pada situasi-situasi resmi seperti pada perdebatan-perdebatan dan pada pengadilan-pengadilan tinggi, tetapi pada diskusi serius mengenai masalah-masalah penting yang sedang hangat diperbincangkan dalam buku-buku, majalah-majalah dan sebagainya.
Argumen formal (deduksi dan induksi)
Induksi merupakan suatu proses mencapai kesimpulan yang didasarkan pada fakta, pengalaman, observasi dan kesaksian. Sedangkan deduksi sebaliknya karena didasarkan pada asumsi tiada fakta, tetapi suatu penyataan yang diterima sebagai kebenaran
Induksi. (Henry Guntur Tarigan, 2008: 28).
Jadi, jenis tulisan argumentasi merupakan tulisan yang digunakan untuk menyatakan argumen, seperti pendapat, sanggahan, dalam suatu diskusi-diskusi penting atau situasi-situasi penting, seperti pada pengadilan-pengadilan tinggi yang akan menghasilkan sebuah kesimpulan. Jenis tulisan argumentasi sering dilakukan dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan dalam suatu sekolah.
2.2  Tingkatan Menulis
1.      Timbulnya Pemahaman Baca Tulis (emergent literacy)
Anak mulai menyadari adanya kegiatan baca tulis, anak mulai menyenangi jika ada orang melakukan baca tulis. Semula anak hanya memandangi, kelamaan ia akan mencoba menirukan. Anak mulai memegang pensil, kemudian mencoret-coret pada kertas atau media lain. Tulisan yang dihasilkan pada tahap ini memang belum bermakna, tetapi pada diri anak sudah timbul rasa menyenangi kegiatan tersebut, supaya tahap ini dapat timbul pada diri anak maka diharapkan sebelum memulai melatih menulis anak dikenalkan pada berbagai bahan bacaan ataupun tulisan yang dapat memberikan gambaran awal pada proses penulisan.
2.      Menulis Permulaan (beginning writing)
Menulis permulaan merupakan kegiatan yang biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara merealisasikan simbol-simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik. Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret.
3.      Pembinaan Kelancaran Menulis (building fluency)
Pada tahap building fluency ini simbol-simbol bunyi bahasa misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara konkret mulai dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar dan memiliki makna.
4.      Menulis Untuk Kesenangan dan Belajar (writing for pleasure /reading to learn)
Dalam tahap writing for pleasure /reading to learn ini, sudah timbul kesenangan pada diri anak akan perlunya menulis, pada tahap ini anak melakukan kegiatan menulis dengan tujuan-tujuan tertentu yang disengaja, misalnya mencatat pelajaran, mencatat kegiatan dibuku harian, menulis surat untuk teman dan sebagainya. Pada tingkatan ini anak sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya.
5.      Menulis Matang (mature writing)
Pada tahap mature writing ini anak sudah mampu menuangkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah mampu memilih kata dengan tepat, menyusun kalimat dengan runtut dan mengembangkan paragraf dengan baik, tahap inilah yang memberikan kebebasan berekspresi pada anak untuk menghasilkan tulisan- tulisan kreatif yang sangat mencengangkan hasilnya.
Dari kelima tingkatan menulis tersebut secara sederhana biasanya dikelompokan menjadi 2 tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut.
2.3  Strategi Menulis
Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:
1.      Kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis
2.      Kepekaan terhadap kondisi pembaca
3.      Kemampuan menyusun perencanaan penelitian
4.      Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
5.      Kemampuan memuali menulis
6.      Kemampuan memeriksa karangan sendiri
Enam kemampuan menulis diatas akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang ingin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya dalam bahasa yang tepat, teratur dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atau pikiran penulis, sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi  mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulis.
2.4  Teori-teori Menulis
1.      Teori keterampilan berbahasa
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mendasar (berbicara, mendengar, menulis, dan membaca). Dewasa ini, keterampilan berpikir kritis (cricital thinking) dan literasi (literacy skill) sudah menjadi keterampilan berbahasa lanjutan (adwanced linguistic skill). Diantara keterampilan berbahasa yang lain, menulis merupakan salah satu keterampilan yang tidak dikuasai oleh setiap orang, apalagi dalam menulis konteks akademik (academic writing), seperti menulis esai, karya ilmiyah, laporan penelitian dan sebagainya.
Secara umum keterampilan-keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua macam, yakni keterampilan produktif dan keterampilan reseptif. Menulis dan berbicara termasuk keterampilan produktif, karena keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian makna.
Khususnya menulis, latihan merupakan kunci yang paling utama demi mencapai kesuksesan untuk mencapai predikat “mampu menulis dengan baik dan benar.” Sesorang hanya bisa menciptakan sebuah tulisan yang baik jika dia rajin membaca, karena dalam interaksi antara seorang pembaca dan bacaan terdapat model tulisan yang terjamin (atau sebaliknya) keterbacaannya. Seperti halnya dalam berbicara, seseorang hanya bisa menguasai pidato jika dia rajin mengikuti orasi-orasi ilmiah, pidato resmi dan sebagainya. Sederhananya, keterampilan berbicara sangat didukung oleh keterampilan mendengar dan keterampilan menulis sangat didukung oleh keterampilan membaca (Zainurrahman, 2013: 2).
Jadi, dalam teori menulis, yang pertama adalah teori keterampilan berbahasa, dimana seseorang akan bisa menulis apabila orang tersebut mempunyai keterampilan berbahasa, keterampilan berbahsa itu adalah menulis, namun  menulis juga harus dibarengi dengan keterampilan bahasa yang lain, seperti berbicara, mendengar dan membaca. Menulis dan membaca termasuk keterampilan produktif, karena keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian makna. Berkaitan dengan ini, maka teori keterampilan berbahasa sangat penting untuk dipelajari.

2.      Teori pendekatan menulis
Sejumblah pakar telah merumuskan pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran dan pengajaran menulis, yaitu pendekatan proses dan pendekatan produk. Selain itu pendekatan lainnya adalah pendekatan genre.
ü  Pendekatan proses (process Oriented Writing Aproach)
Pendekatan proses pada dasarnya menekankan aspek proses sebagaimana dilalui oleh seorang penulis secara riil. Sebagai sebuah proses, meulis bukan semata-mata menuangkan ide diatas kertas. Penulis sudah tentu melalui langkah-langkah tertentu guna menciptakan sebuah tulisan (Zemach dan Rumisek, 2005: 3). Dengan kata lain pendakatan ini menekankan aspek proses dimana seorang penulis menciptakan tulisannya (Montague, 1995:15)yang mana proses-proses tersebut tidak bersifat linier melainkan rekursif (Harmer, 2007: 5; Hyland, 2005: 11)
Yang dimaksud dengan proses rekrusif adalah proses yang meniscayakan adanya perulangan dibeberapa bagian. Dengan proses rekursif ini, maka seorang penulis akan mampu mereviu kembali tulisannya dan mengoraksi kesalahan dan menutupi kekurangan-kekurangan dalam tulisannya. Baik kita lihat sekarang langkah-langkah apa saja dalam proses menulis itu.
Ken Hyland (2005: 11) memberikan salah satu contoh sebagai berikut:
·       Pemilihan topik
·      Pra-tulis
·      Tulis
·      Respon atas tulisan
·      Revisi
·      Respon atas revisi
·      Pengeditan
·      Evaluasi
·      Publikasi. (Zainurrahman, 8-9:2013)
Jadi, dalam teori pendekatan ada tiga pendekatan, yang pertama adalah pendekatan proses, dimana dalam pendekatan proses pada dasarnya menekankan aspek proses, karena penulis tidak hanya menuangkan ide-ide, tapi harus mengetahui langkah-langkah dalam menulis. Setelah penulis selesai maka penulis harus mereviu kembali tulisannya, dikarenakan takut ada yang krang tepat dalam penulisan baik dalam pemilihan topic, pra-tulis, respon atas tulisan, dan sebagainya.
ü  Pendekatan Produk
Pendekatan  produk merupakan pendekatan “tradisional” dalam menulis, dan pendekatan lebih “tua” dibandingkan dengan pendekatan proses yang telah dipaparkan sebelumnya. Pendekatan ini menekankan aspek mekanika dari menulis, seperti fokus pada tatabahasa dan struktur kata, serta peniruan model.Sebuah artikel yang dipublikasikan oleh British Councli memberikan gambaran bagaimana biasanya pendekatan produk diaplikasikan sebagaimana yang saya uraikan secara singkat berikut ini:
a)      Pembacaan Model
Pertama-tama penulis atau siswa harus membaca model dari sebuah tulisan, misalnya surat formal. Secara membaca model tersebut, penulis kemudian menyoroti fitur-fitur yang terdapat dalam tulisan tersebut. Misalnya dalam surat formal, penulis harus memperhatikan bagaimana paragraph disusun, kemudian bagaimana alamat pengirim dan penerima harus ditulis dan diletakan pada salah satu bagian dalam tulisan tersebut, ataukah bagaimana pembuk, isi dan penutup dari surat tersebut. (Zainurrahman, 2013: 32-33)
Jadi, teori pendekatan produk adalah teori dimana menekankn aspek mekanika dari mekanika dari menulis, seperti focus pada tatbahasa, dan struktur kata, serta peniruan model. Dalam teori pendekatan produk, ada yang dinamakan dengan pembaca model, dimana penulis harus membaca model. Contoh dalam surat formal, penulis harus memperhatikan bagaimana paragraph dalam surat formal disusun, bagaimana pembuka, isi, dan penutup surat formal tersebut, dan sebagainya.
b)     Imitasi Model
Setelah membaca dan memperhatikan format dari model tulisan tertentu, penulis kemudian menulis dengan format yang sama, tetapi (mungkin) dengan tujuan yang berbeda. Misalnya penulis membaca model surat permohonan atau lamaran kerja, sudah tentu bertujuan untuk melamar pekerjaan dan penulis sudah pasti kemudian menulis surat lamaran pekerjaan juga. Yang dimaksud dengan “tujuan yang berbeda” adalah penulis perlu mengadakan penyesuaian tertentu sesuai dengan kebutuhan yang ada.
c)      Perorganisasian Ide
Perorganisasian ide merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap pendekatan menulis. Penulis harus mengorganisasikan idenya dalam sebuah struktur yang teratur, alur yang mudah diikuti, dan susunan yang mudah dipahami oleh pembaca. Biasanya ide diorganisir dalam isi tulisan, atau disaat penulis mengembangkan paragrafnya.
d)     Komparasi
Langkah terakhir, penulis kemudian melakukan komprasi antara model dan tulisan orsinil yang telah ditulis. Pentingnya komprasi adalah untuk melihat skema tulisan yang tidak boleh berbeda, terkecuali isi, secara format. Jika terdapat ketidaksesuaian format maka penulis harus segera memperbaikinya, meskipun pada relitanya jarang sekali revisi dilakukan oleh penulis dalam pendekatan ini terkecuali jika terdapat kesalahan fatal yang membuat tulisan tersebut didiskualifikasi. (Zainurrahman, 34:2013)
Jadi, dalam pendekatan produk juga didalamnya ada imitasi model, pengorganisasian ide, komprasi, selain pembacaan model yang telah dipaparkan tadi. Imitasi model merupakan tulisan yang harus memperhatikan format dari model tulisan tertentu, namun kemungkinan tujuannya berbeda. Perorganisasian ide merupakan bagian yang sangat penting, karena penulis harus menuangkan ide dengan format teratur, alur yang mudah didikuti atau dimengerti pembaca. Apabila penulis tidak menuangkan ide dengan alur yang tidak mudah dimengerti, maka pecuma saja.dan komparasi adalah langkah terakhir dengan tujuan untuk melihat skema tulisan yang tidah boleh berbedaterkecuali isi, secara format.
ü  Pendekatan Berbasis Genre (Genre Oriented Writing Apporoach)
Istilah Genre memiliki arti jenis tulisan atau text types. Meskipun demikian, menulis dengan pendekatan genre ukan berarti menulis hanya sekedar “sesuai dengan text format tertentu.” Terlebih lagi, pendekatan genre lebih menekankan aspek sosial dari penggunaan bahasa. (Zainurrahman, S.S., M.Pd., 2013: 36)
Jadi, teori pendekatan genre ini merupakan teori dimana menekankan pada aspek sosial dari penggunaan bahasa, dengan tujuan bahwa pembaca bisa bisa menghasilkan hasil bacaannya, karena sebuah tulisan bukan hanya menimpa pembaca sebagai individu melainkan juga terhadap masyarakat.dengan kata lain tulisan tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat.
3.      Teori Proses Kognitif
a.    Hierarki Proses kognitif dalam Menulis
Proses berfikir dalam kegiatan menulis terjadi pertama kali ketika penulis merencanakan apa yang ingin dituliskan, kemudian dilanjutkan dengan proses pengembangan ide yang pada hakikatnya pengembangan pikiran itu sendiri, dan kemudian diakhiri dengan proses pengamatan kembali atau revisi. (Zainurrahman, S.S., M.Pd., 2013: 76)
Jadi, dalam hierarki proses kognitif dalam menulis, bahwasannyaproses berfikir 3dalam kegiatan menulis diawali ketika seseorang mau merencanakan apa yang ditulis, lalu setelah itu mengembangkan ide-ide, dan diakhiri oleh pengamatan, sehingga apa yang ditulis itu benar-benar bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi pembaca. Tulisan dikatakan bagus apabila ide-ide yang dicurahkan dalam tulisan benar-benar bagus dan sesuai apa yang diamati penulis.
b.    Proses Kognitif dalam Level Perencanaan
a)    Pembangkitan Ide
Dalam pembangkitan ide, penulis akan berusaha untuk mengakses informasi-informasi yang sudah “terekam” dalam memori atau ingatan penulis yang akan menjadi ide penulisnya.penulis perlu mendapatkan kembali informasi-informasi tersebut (retrieving information) yang tentu saja yang berhubungan dengan topic yang ini ditulis nanti. Informasi yang diakses haruslah informasi yang relevan dengan topik.
b)   Perorganisasian Ide
Informasi yang menjadi ide-ide yang kelak dikembangkan itu kemudian diorgnisir oleh penulis agar terstruktur, sistematis, mengikuti alur yang mudah diikutu oleh pembaca.jika ide-ide tidak terorganisir secara sistematis, maka bukan hanya tulisan menjadi tidak berkualitas, namun ide-ide tidak mungkin dapat disampaikan dan oleh karenannya pembaca menjadi tidak mengerti dengan apa yang mereka baca.
c)     Aransemen Tujuan
Untuk mengawali sebuah tulisan, penulis harus menetapkan tujuan yang ingin dicapai dengan tulisa tersebut. Misalnya, saya menulis buku ini dengan maksud memberikan pemahaman mengenai ihwal menulis dari teori hingga praktik.dengan maksud tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman pembaca mengenai teori dan praktik menulis agar pembaca bisa termotivasi untuk menulis dan membuat tulisan yang baik. (Zainurrahman, 77-79:2013).
Jadi, untuk mengawali sebuah tulisan harus adanya tujuan mengapa membuat tulisan. Misalnya tujuan menulisnya itu agar tulisannya bisa bermanfaat bagi pembaca agar menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Apabila sebuah tulisan tidak memiliki tujuan maka apa yang ditulis bisa sia-sia.
c.    Proses Kognitif dalam Proses Penulisan
a)    Pengembangan Paragrafs
Ide-ide dikembangkan dalam paragraf. Dan pengembangan paragraph, sebagaimana sudah diterangkan pada bagian lain sebelumnya, bukan sekedar menuliskan apa yang ingin disampaikan, tetapi juga melihat hubungan-hubungan antara ide-ide itu. (Zainurrahman, 2013: 82)
b)        Diskusi atau Pemilihan Kata
Dalam mengengbangkan paragrapf, penulis harus memperhatikan bahwa kata yang digunakan dalam setiap ekspresi harus benar-benar kontekstual agar mewakili ide yang ingin disampaikan, jika penulis menggunakan kata yang mungkin tidak pas atau ingin memberikan warna lain dalam tulisannya, maka penulis wajib mengikuti konvensi umum yang dengan menggunakan tanda kutip (“ “) (Zainurrahman, 2013: 84)
c)    Ambiguitas
Kata atau unit bahasa lainnya, disebut ambigu jika menghasilkan lebih dari satu inerpretasi. Ambiguitas sebaiknya dihindari agar tidak membingungkan pembaca, dengan kata lain menjadikan ekspresi ambigu itu penting (Radford et al. (2009:42).
d)   Metafora, Hiperbola, dan Personifikasi
Metafora merupakan ungkapan yang tidak memiliki arti sebenarnya.hiperbola adalah ungakapan yang memiliki arti “dilebih-lebihkan” dari makna literalnya. Sedangkan personifikasi adalah mengatributkan karakteristik mahluk hidup pada benda mati, Tu menghadirkan efek “manusia” pada yang “bukan manusia”.
d.   Proses Kognitif dalam Revisi
Revisi, sebagaimana telah diulas pada bagian-bagian sebelumnya, adalah kegiatan dimana penulis mengadakan pembacaan, pengecekan, dan review terhadap tulisan yang telah diciptakan namun bukan sebagaitulisan akhir. Meskipun demikian, revisi bukan sekedar memperbaiki kesalahan-kesalahan mekanis seperti ejaan, penggunaan tanda baca, atau kesalahan gramatika. (Zainurrahman, 86-89:2013).
Jadi, dalam proses kognitif dan revisi, bahwasanya seseorang setelah melakukan penulisan, maka harus di cek kembali atau di review terhadap tulisan yang telah diciptakan, karena apa yang telah diciptakan harus benar-benar bagus. Apabila hasil tulisannya tidak sesuai dengan metode-metode, maka tulisan tersebut akan ditolak ketika dipublikasikan.
4.      Teori Aasa Menulis
a.    Kata
Kata merupakan unit terkecil dari sebuah kalimat. Sebagian linguistic (pakar ilmu bahasa) mengatakan bahwa suku kata  (silabi, morfem) adalah unit terkecildari bahasa, atau dari kalimat. Namun untuk kepentingan menulis, saya rasa berangkat dari suku kata mungkin tidak esensial, oleh karena kita berangkat dari kata.
b.    Leksim
Leksim adalah kata dasar. Leksim bisa berkembang dalam berbagai bentuk kata, dan bahkan bisa berubah makna sesuai dengan perubahan bentuknya. Misalnya kata “diberlakukan” “memberlakukan,”dan “pemberlakuan,” tiga kata ini memiliki makna-makna yang berbeda, tetapi tigak kata ini berasal dari satu leksim, yaitu berlaku,” dan bahkan “laku”.
c.    Prefix
Previks adalah tambahan setiap kata, yang berada pada awal sebuah leksim, yang kerap disebut awalan. Adanya prefiks pada sebuah leksim merubah makna dari leksim itu. Misalnya leksim taruh, jika ditambah prefiks me dan menjadi menaruh, maka makna dari kata tersebut sudah mengalami perubahan.
d.   Sufiks
Sufiks adalah tambahan pada leksim yang terletak pada akhir leksim, atau disebut akhiran. Sama seperti prefiks, sufiks, juga merubah makna dan bentuk dari sebuah leksim. Oleh karena itu, berhati-hati dalam menggunakan kata ber-afiks juga tidak kalah pentingnya.
e.    Afiks
Afiks adalah kombinasi dari prefiks dan sufiks, yang kita kenal dengan istilah imbuhan. Leksim rumah yang ditambahi prefiks per dan sufiks me dan kemudian menjadi kata perumahan, menunjukan adanya afiks (radfod et al., 2009: 140).
f.     Kata Benda
Kata benda (noun) adalah kata yang rujukannya adalah benda. Benda itu terbagi atas benda yang dapat dihitung (countable noun), yang tidak dapat dihitung (mass noun), benda nyata (concrete noun), dan yang tidak nyata (abstrack noun). Benda itu termasuk manusia, hewan, cinta, rindu, rumah, jalan, dan sbagainya.
g.    Kata Kerja
Kata kerja (verb) adalah kata yang menunjukan perbuatan (action). Tidak penting untuk melihat dalam sebuah kalimat, apakah ada pelaku dari perbuatan tersebut, karena selama anda memahami sebuah kata (baik leksim atau bukan) yang merupakan sebuah perbuatan, maka itu adalah kata kerja.
h.    Kata Sifat
Kata sifat (adjektiv) adalah kata yang digunakan untuk menerangkan, menjelaskan, atau menyebutkan karakteristik dari (kata) benda. Misalnya, halus, kasar, kuat, lemah, hijau, tinggi, rendah, pendek, panjang, bulat, manis, pahit, asin, asam, cantik, dan sebagainya.
i. Kata Keterangan
Kata keterangan (adverb) merupakan kata yang digunakan untuk menambahkan makna pada sebuah kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan yang lain. Mwskipun dikatakan “menambahkan makn,” namun tidak selamanya kata keterangan itu bersifat opsional. (Zainurrahman, 92-108:2013)
Jadi, dalam teori asas menulis ini meliputi kosakata, kalimat, paragraph, hingga wacana, yang didalamnya terdapat kata, leksim, prefiks, sufiks, afiks, kata benda, kata kerja, kata sifat, dan  kata keterangan. Apabila teori asas menulis tidak dilaksanakan, maka tulisan sipenulis belum bisa dikatakan sempurna bahkan belum bisa dipublikasikan.




BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Jenis-jenis tulisan, diantaranya:
·    Jenis eksposisi
·    Jenis deskripsi
·    Jenis narasi
·    Jenis argumentasi
Tingkatan menulis, diantaranya:
·    Timbulnya pemahaman baca tulis (emergent literacy)
·    Menulis permulaan (beginning writing)
·    Pembinaan kelancaran menulis (building fluency)
·    Menulis untuk kesenangan dan belajar (writing for pleasure)
·    Menulis matang (mature writing)
Strategi menulis, diantaranya:
·    Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:
·    Kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis
·    Kepekaan terhadap kondisi pembaca
·    Kemampuan menyusun perencanaan penelitian
·    Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
·    Kemampuan memuali menulis, dan
·    Kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Teori-teori menulis, diantarannya:
·         Teori keterampilan berbasa
·         Teori proses kognitif
·         Teori asas menulis

3.2. Saran
Penulis  menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, kecuali yang maha besar, yang menciptakan seluruh alam yakni allah swt, oleh sebab itu kami terbuka kepada siapa saja yang ingin menyampaikan saran dan kritiknya kepada saya selaku penulis untuk memperbaiki tulisan yang saya susun ini. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Diunduh pada hari / tanggal :  Selasa, 11 Maret 2014
Pada jam 18 : 28 WIB
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa
Zainurrahman. 2013. Menulis dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme. Bandung: Alfabeta CV


Tidak ada komentar:

Posting Komentar