BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mempelajari bahasa itu sangat
penting, karena dalam bahasa mencangkup beberapa hal yang saling berkaitan
seperti mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang tak mungkin
terpisahkan. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu
dikuasai terutama bagi sivitas akademik, karena sivitas akademik harus mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (ipteks) demi kemajuan
bangsa, apabila tidak didokumentasikan oleh tulisan maka tidak akan ada artinya
dan mudah untuk dilupakan.
Pada kenyataannya banyak sekali
orang yang menyukai menulis, karena menulis itu sangat bermanfaat sekali. contohnya
saja ketika membuat karya ilmiah harus tahu bagaimana cara menulis karya ilmiah
dengan baik, jenis-jenis tulisan yang baik, jenis kajian pustaka dan tahap-tahap
penulisan karya ilmiah semua itu harus dipelajari.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan jenis
tulisan?
2.
Bagaimanakah tingkatan menulis?
3.
Bagaimana strategi menulis?
4.
Bagaimana teori menulis?
1.3
Tujuan dan
Manfaat
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis
tulisan
3.
Untuk mengetahui tingkatan menulis
4.
Untuk mengetahui strategi menulis
5.
Untuk mengetahui teori-teori
menulis
1.4
Metode
Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam hal ini adalah:
Ø Study pustaka
melalui berbagai sumber, baik buku dan internet
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Jenis Tulisan
1. Eksposisi
Eksposisi mencangkup dua bagian (Tarigan,
2008: 70) yaitu:
a.
Definisi
Definisi adalah sejenis penyikapan yang merupakan dasar bagi semua
tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan. Pada hakikatnya definisi merupakan
suatu tindakan pembahasan, yang hendak memberikan pengertian sesuatu istilah
sejelas mungkin.
Richard M. Weaver membedakan 3 jenis definisi:
a)
Definisi kamus
b)
Definisi logis atau formal
c)
Definisi secara luas
b.
Analisis
Analisis sama halnya dengan
klasifikasi, analisis merupakan suatu proses pembagi-pembagi bahan bagi maksud-maksud
penyikapan. Tetapi klasifikasi hanya memusatkan perhatian pada pengenalan dan
pemberian suatu pokok pembicaraan.
Tujuan analisis tidak hanya membagi-bagi butir pokok menjadi
bagian-bagian komponennya, tetapi menelaah serta menilai hubungan bagian-bagian
tersebut.
Analisis dibagi dua (Tarigan, 2008: 77) yaitu:
a.
Analisis proses
b.
Analisis butir
Jadi, jenis tulisan eksposisi merupakan
sebuah tulisan yang bertujuan membuka atau memaparkan suatu informasi yang
aktual. Contohnya pada berita di koran yang menceritakan tentang
kejadian-kejadian yang nyata. Hal seperti itu merupakan sesuatu yang harus
dipublikasikan yang bentuk tulisannya yaitu tulisaan eksposisi.
1.
Deskripsi
Deskripsi mencangkup dua bagian (Tarigan,
2008: 82) yaitu:
a.
Deskripsi ekspositori
b.
Deskripsi literer
Jadi, jenis tulisan deskripsi
merupakan jenis tulisan yang menggambarkan kejadian yang sebenarnya, sehingga
pembaca bisa merasakan apa yang dirasakan penulis. Menulis deskripsi digunakan
jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat dan rasa dari hal yang
diamatinya.dalam membaca tulisan deskripsi, pembaca dituntut untuk menggunakan
panca indra.
2.
Narasi
Narasi mencangkup (Henry Guntur Tarigan, 2008:
82):
a.
Urutan waktu
b.
Motiv
c.
Konflik
d.
Titik pandang
e.
Pusat minat
Jadi, jenis
tulisan narasi adalah jenis tulisan yang menyajikan serangkaian peristiwa
dengan tujuan untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada pembaca,
sehingga apa yang dipaparkan oleh penulis bisa dijadikan pengalaman dan bisa
diaplikasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari dengan alasan yang
dijadikan pengalaman itu hal yang positif.
3.
Argumentasi
Argumentasi
dipergunakan pada situasi-situasi resmi seperti pada perdebatan-perdebatan dan
pada pengadilan-pengadilan tinggi, tetapi pada diskusi serius mengenai
masalah-masalah penting yang sedang hangat diperbincangkan dalam buku-buku,
majalah-majalah dan sebagainya.
Argumen formal
(deduksi dan induksi)
Induksi merupakan suatu proses mencapai
kesimpulan yang didasarkan pada fakta, pengalaman, observasi dan kesaksian. Sedangkan
deduksi sebaliknya karena didasarkan pada asumsi tiada fakta, tetapi suatu
penyataan yang diterima sebagai kebenaran
Induksi. (Henry Guntur Tarigan, 2008: 28).
Jadi, jenis tulisan
argumentasi merupakan tulisan yang digunakan untuk menyatakan argumen, seperti
pendapat, sanggahan, dalam suatu diskusi-diskusi penting atau situasi-situasi
penting, seperti pada pengadilan-pengadilan tinggi yang akan menghasilkan
sebuah kesimpulan. Jenis tulisan argumentasi sering dilakukan dalam
diskusi-diskusi yang dilaksanakan dalam suatu sekolah.
2.2
Tingkatan
Menulis
1.
Timbulnya Pemahaman
Baca Tulis (emergent literacy)
Anak mulai menyadari adanya
kegiatan baca tulis, anak mulai menyenangi jika ada orang melakukan baca tulis.
Semula anak hanya memandangi, kelamaan ia akan mencoba menirukan. Anak mulai
memegang pensil, kemudian mencoret-coret pada kertas atau media lain. Tulisan
yang dihasilkan pada tahap ini memang belum bermakna, tetapi pada diri anak
sudah timbul rasa menyenangi kegiatan tersebut, supaya tahap ini dapat timbul
pada diri anak maka diharapkan sebelum memulai melatih menulis anak dikenalkan
pada berbagai bahan bacaan ataupun tulisan yang dapat memberikan gambaran awal
pada proses penulisan.
2.
Menulis
Permulaan (beginning writing)
Menulis permulaan merupakan
kegiatan yang biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara
merealisasikan simbol-simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik. Tingkatan
ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa
menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret.
3.
Pembinaan
Kelancaran Menulis (building fluency)
Pada tahap building fluency
ini simbol-simbol bunyi bahasa misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara
konkret mulai dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar
dan memiliki makna.
4.
Menulis Untuk
Kesenangan dan Belajar (writing for pleasure /reading to learn)
Dalam tahap writing
for pleasure /reading to learn ini, sudah timbul kesenangan pada diri anak
akan perlunya menulis, pada tahap ini anak melakukan kegiatan menulis dengan
tujuan-tujuan tertentu yang disengaja, misalnya mencatat pelajaran, mencatat
kegiatan dibuku harian, menulis surat untuk teman dan sebagainya. Pada
tingkatan ini anak sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya.
5.
Menulis Matang
(mature writing)
Pada tahap mature
writing ini anak sudah mampu menuangkan dan mengekspresikan pikiran dan
perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah mampu memilih kata dengan
tepat, menyusun kalimat dengan runtut dan mengembangkan paragraf dengan baik, tahap
inilah yang memberikan kebebasan berekspresi pada anak untuk menghasilkan
tulisan- tulisan kreatif yang sangat mencengangkan hasilnya.
Dari kelima
tingkatan menulis tersebut secara sederhana biasanya dikelompokan menjadi 2
tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut.
2.3
Strategi
Menulis
Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik
apabila dia juga memiliki:
1.
Kemampuan untuk menemukan masalah
yang akan ditulis
2.
Kepekaan terhadap kondisi pembaca
3.
Kemampuan menyusun perencanaan
penelitian
4.
Kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia
5.
Kemampuan memuali menulis
6.
Kemampuan memeriksa karangan
sendiri
Enam kemampuan
menulis diatas akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan
kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri
atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang ingin
diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan
seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13).
Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa
menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung
makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide dan emosi penulis yang disampaikan
kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa
menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai
seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya dalam
bahasa yang tepat, teratur dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang
dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atau pikiran
penulis, sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati
dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa
mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang
sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan
menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan
penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami
dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan dan perasaan dalam bahasa
Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan
tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan
(kohesi), tujuan, dan sasaran tulis.
2.4
Teori-teori
Menulis
1.
Teori
keterampilan berbahasa
Menulis merupakan salah satu dari
empat keterampilan berbahasa yang mendasar (berbicara, mendengar, menulis, dan
membaca). Dewasa ini, keterampilan berpikir kritis (cricital thinking)
dan literasi (literacy skill) sudah menjadi keterampilan berbahasa
lanjutan (adwanced linguistic skill). Diantara keterampilan berbahasa
yang lain, menulis merupakan salah satu keterampilan yang tidak dikuasai oleh
setiap orang, apalagi dalam menulis konteks akademik (academic writing),
seperti menulis esai, karya ilmiyah, laporan penelitian dan sebagainya.
Secara umum keterampilan-keterampilan
berbahasa dibagi menjadi dua macam, yakni keterampilan produktif dan
keterampilan reseptif. Menulis dan berbicara termasuk keterampilan produktif,
karena keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi
penyampaian makna.
Khususnya menulis, latihan
merupakan kunci yang paling utama demi mencapai kesuksesan untuk mencapai
predikat “mampu menulis dengan baik dan benar.” Sesorang hanya bisa menciptakan
sebuah tulisan yang baik jika dia rajin membaca, karena dalam interaksi antara
seorang pembaca dan bacaan terdapat model tulisan yang terjamin (atau
sebaliknya) keterbacaannya. Seperti halnya dalam berbicara, seseorang hanya
bisa menguasai pidato jika dia rajin mengikuti orasi-orasi ilmiah, pidato resmi
dan sebagainya. Sederhananya, keterampilan berbicara sangat didukung oleh
keterampilan mendengar dan keterampilan menulis sangat didukung oleh
keterampilan membaca (Zainurrahman, 2013: 2).
Jadi, dalam teori menulis, yang
pertama adalah teori keterampilan berbahasa, dimana seseorang akan bisa menulis
apabila orang tersebut mempunyai keterampilan berbahasa, keterampilan berbahsa
itu adalah menulis, namun menulis juga
harus dibarengi dengan keterampilan bahasa yang lain, seperti berbicara, mendengar
dan membaca. Menulis dan membaca termasuk keterampilan produktif, karena
keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian
makna. Berkaitan dengan ini, maka teori keterampilan berbahasa sangat penting
untuk dipelajari.
2.
Teori pendekatan
menulis
Sejumblah pakar telah merumuskan
pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran dan pengajaran menulis, yaitu
pendekatan proses dan pendekatan produk. Selain itu pendekatan lainnya adalah
pendekatan genre.
ü Pendekatan
proses (process Oriented Writing Aproach)
Pendekatan proses pada dasarnya menekankan
aspek proses sebagaimana dilalui oleh seorang penulis secara riil. Sebagai
sebuah proses, meulis bukan semata-mata menuangkan ide diatas kertas. Penulis
sudah tentu melalui langkah-langkah tertentu guna menciptakan sebuah tulisan
(Zemach dan Rumisek, 2005: 3). Dengan kata lain pendakatan ini menekankan aspek
proses dimana seorang penulis menciptakan tulisannya (Montague, 1995:15)yang
mana proses-proses tersebut tidak bersifat linier melainkan rekursif (Harmer,
2007: 5; Hyland, 2005: 11)
Yang dimaksud dengan proses
rekrusif adalah proses yang meniscayakan adanya perulangan dibeberapa bagian.
Dengan proses rekursif ini, maka seorang penulis akan mampu mereviu kembali
tulisannya dan mengoraksi kesalahan dan menutupi kekurangan-kekurangan dalam
tulisannya. Baik kita lihat sekarang langkah-langkah apa saja dalam proses
menulis itu.
Ken Hyland
(2005: 11) memberikan salah satu contoh sebagai berikut:
· Pemilihan
topik
· Pra-tulis
· Tulis
· Respon atas
tulisan
· Revisi
· Respon atas
revisi
· Pengeditan
· Evaluasi
· Publikasi. (Zainurrahman,
8-9:2013)
Jadi, dalam teori pendekatan ada
tiga pendekatan, yang pertama adalah pendekatan proses, dimana dalam pendekatan
proses pada dasarnya menekankan aspek proses, karena penulis tidak hanya
menuangkan ide-ide, tapi harus mengetahui langkah-langkah dalam menulis.
Setelah penulis selesai maka penulis harus mereviu kembali tulisannya,
dikarenakan takut ada yang krang tepat dalam penulisan baik dalam pemilihan
topic, pra-tulis, respon atas tulisan, dan sebagainya.
ü Pendekatan
Produk
Pendekatan produk merupakan pendekatan
“tradisional” dalam menulis, dan pendekatan lebih “tua” dibandingkan dengan
pendekatan proses yang telah dipaparkan sebelumnya. Pendekatan ini
menekankan aspek mekanika dari menulis, seperti fokus pada tatabahasa dan
struktur kata, serta peniruan model.Sebuah artikel yang dipublikasikan oleh British
Councli memberikan gambaran bagaimana biasanya pendekatan produk
diaplikasikan sebagaimana yang saya uraikan secara singkat berikut ini:
a)
Pembacaan Model
Pertama-tama penulis atau siswa
harus membaca model dari sebuah tulisan, misalnya surat formal. Secara membaca
model tersebut, penulis kemudian menyoroti fitur-fitur yang terdapat dalam
tulisan tersebut. Misalnya dalam surat formal, penulis harus memperhatikan
bagaimana paragraph disusun, kemudian bagaimana alamat pengirim dan penerima
harus ditulis dan diletakan pada salah satu bagian dalam tulisan tersebut, ataukah
bagaimana pembuk, isi dan penutup dari surat tersebut. (Zainurrahman, 2013:
32-33)
Jadi, teori pendekatan produk
adalah teori dimana menekankn aspek mekanika dari mekanika dari menulis,
seperti focus pada tatbahasa, dan struktur kata, serta peniruan model. Dalam
teori pendekatan produk, ada yang dinamakan dengan pembaca model, dimana
penulis harus membaca model. Contoh dalam surat formal, penulis harus
memperhatikan bagaimana paragraph dalam surat formal disusun, bagaimana
pembuka, isi, dan penutup surat formal tersebut, dan sebagainya.
b)
Imitasi Model
Setelah membaca dan memperhatikan
format dari model tulisan tertentu, penulis kemudian menulis dengan format yang
sama, tetapi (mungkin) dengan tujuan yang berbeda. Misalnya penulis membaca
model surat permohonan atau lamaran kerja, sudah tentu bertujuan untuk melamar
pekerjaan dan penulis sudah pasti kemudian menulis surat lamaran pekerjaan
juga. Yang dimaksud dengan “tujuan yang berbeda” adalah penulis perlu
mengadakan penyesuaian tertentu sesuai dengan kebutuhan yang ada.
c)
Perorganisasian Ide
Perorganisasian
ide merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap pendekatan menulis.
Penulis harus mengorganisasikan idenya dalam sebuah struktur yang teratur, alur
yang mudah diikuti, dan susunan yang mudah dipahami oleh pembaca. Biasanya ide
diorganisir dalam isi tulisan, atau disaat penulis mengembangkan paragrafnya.
d)
Komparasi
Langkah terakhir, penulis kemudian
melakukan komprasi antara model dan tulisan orsinil yang telah ditulis.
Pentingnya komprasi adalah untuk melihat skema tulisan yang tidak boleh
berbeda, terkecuali isi, secara format. Jika terdapat ketidaksesuaian format
maka penulis harus segera memperbaikinya, meskipun pada relitanya jarang sekali
revisi dilakukan oleh penulis dalam pendekatan ini terkecuali jika terdapat
kesalahan fatal yang membuat tulisan tersebut didiskualifikasi. (Zainurrahman, 34:2013)
Jadi, dalam pendekatan produk juga
didalamnya ada imitasi model, pengorganisasian ide, komprasi, selain pembacaan
model yang telah dipaparkan tadi. Imitasi model merupakan tulisan yang harus
memperhatikan format dari model tulisan tertentu, namun kemungkinan tujuannya
berbeda. Perorganisasian ide merupakan bagian yang sangat penting, karena
penulis harus menuangkan ide dengan format teratur, alur yang mudah didikuti
atau dimengerti pembaca. Apabila penulis tidak menuangkan ide dengan alur yang
tidak mudah dimengerti, maka pecuma saja.dan komparasi adalah langkah terakhir
dengan tujuan untuk melihat skema tulisan yang tidah boleh berbedaterkecuali
isi, secara format.
ü Pendekatan
Berbasis Genre (Genre Oriented Writing Apporoach)
Istilah Genre memiliki arti
jenis tulisan atau text types. Meskipun demikian, menulis dengan
pendekatan genre ukan berarti menulis hanya sekedar “sesuai dengan text
format tertentu.” Terlebih lagi, pendekatan genre lebih menekankan aspek
sosial dari penggunaan bahasa. (Zainurrahman, S.S., M.Pd., 2013: 36)
Jadi, teori pendekatan genre ini
merupakan teori dimana menekankan pada aspek sosial dari penggunaan bahasa,
dengan tujuan bahwa pembaca bisa bisa menghasilkan hasil bacaannya, karena
sebuah tulisan bukan hanya menimpa pembaca sebagai individu melainkan juga
terhadap masyarakat.dengan kata lain tulisan tersebut bisa bermanfaat bagi
masyarakat.
3.
Teori Proses
Kognitif
a.
Hierarki Proses kognitif dalam
Menulis
Proses berfikir dalam kegiatan
menulis terjadi pertama kali ketika penulis merencanakan apa yang ingin
dituliskan, kemudian dilanjutkan dengan proses pengembangan ide yang pada
hakikatnya pengembangan pikiran itu sendiri, dan kemudian diakhiri dengan
proses pengamatan kembali atau revisi. (Zainurrahman, S.S., M.Pd., 2013: 76)
Jadi, dalam hierarki proses
kognitif dalam menulis, bahwasannyaproses berfikir 3dalam kegiatan menulis
diawali ketika seseorang mau merencanakan apa yang ditulis, lalu setelah itu
mengembangkan ide-ide, dan diakhiri oleh pengamatan, sehingga apa yang ditulis
itu benar-benar bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi pembaca. Tulisan
dikatakan bagus apabila ide-ide yang dicurahkan dalam tulisan benar-benar bagus
dan sesuai apa yang diamati penulis.
b.
Proses Kognitif dalam Level
Perencanaan
a)
Pembangkitan Ide
Dalam
pembangkitan ide, penulis akan berusaha untuk mengakses informasi-informasi
yang sudah “terekam” dalam memori atau ingatan penulis yang akan menjadi ide
penulisnya.penulis perlu mendapatkan kembali informasi-informasi tersebut (retrieving
information) yang tentu saja yang berhubungan dengan topic yang ini ditulis
nanti. Informasi yang diakses haruslah informasi yang relevan dengan topik.
b)
Perorganisasian Ide
Informasi yang
menjadi ide-ide yang kelak dikembangkan itu kemudian diorgnisir oleh penulis
agar terstruktur, sistematis, mengikuti alur yang mudah diikutu oleh pembaca.jika
ide-ide tidak terorganisir secara sistematis, maka bukan hanya tulisan menjadi
tidak berkualitas, namun ide-ide tidak mungkin dapat disampaikan dan oleh
karenannya pembaca menjadi tidak mengerti dengan apa yang mereka baca.
c)
Aransemen Tujuan
Untuk
mengawali sebuah tulisan, penulis harus menetapkan tujuan yang ingin dicapai
dengan tulisa tersebut. Misalnya, saya menulis buku ini dengan maksud
memberikan pemahaman mengenai ihwal menulis dari teori hingga praktik.dengan
maksud tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman pembaca mengenai
teori dan praktik menulis agar pembaca bisa termotivasi untuk menulis dan
membuat tulisan yang baik. (Zainurrahman, 77-79:2013).
Jadi, untuk
mengawali sebuah tulisan harus adanya tujuan mengapa membuat tulisan. Misalnya
tujuan menulisnya itu agar tulisannya bisa bermanfaat bagi pembaca agar menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan. Apabila sebuah tulisan tidak memiliki tujuan maka
apa yang ditulis bisa sia-sia.
c.
Proses Kognitif dalam Proses
Penulisan
a)
Pengembangan Paragrafs
Ide-ide
dikembangkan dalam paragraf. Dan pengembangan paragraph, sebagaimana sudah
diterangkan pada bagian lain sebelumnya, bukan sekedar menuliskan apa yang
ingin disampaikan, tetapi juga melihat hubungan-hubungan antara ide-ide itu.
(Zainurrahman, 2013: 82)
b)
Diskusi atau Pemilihan Kata
Dalam
mengengbangkan paragrapf, penulis harus memperhatikan bahwa kata yang digunakan
dalam setiap ekspresi harus benar-benar kontekstual agar mewakili ide yang
ingin disampaikan, jika penulis menggunakan kata yang mungkin tidak pas atau
ingin memberikan warna lain dalam tulisannya, maka penulis wajib mengikuti
konvensi umum yang dengan menggunakan tanda kutip (“ “) (Zainurrahman, 2013:
84)
c)
Ambiguitas
Kata atau unit
bahasa lainnya, disebut ambigu jika menghasilkan lebih dari satu inerpretasi.
Ambiguitas sebaiknya dihindari agar tidak membingungkan pembaca, dengan kata
lain menjadikan ekspresi ambigu itu penting (Radford et al. (2009:42).
d)
Metafora, Hiperbola, dan
Personifikasi
Metafora
merupakan ungkapan yang tidak memiliki arti sebenarnya.hiperbola adalah
ungakapan yang memiliki arti “dilebih-lebihkan” dari makna literalnya.
Sedangkan personifikasi adalah mengatributkan karakteristik mahluk hidup pada
benda mati, Tu menghadirkan efek “manusia” pada yang “bukan manusia”.
d.
Proses Kognitif dalam Revisi
Revisi,
sebagaimana telah diulas pada bagian-bagian sebelumnya, adalah kegiatan dimana
penulis mengadakan pembacaan, pengecekan, dan review terhadap tulisan yang telah
diciptakan namun bukan sebagaitulisan akhir. Meskipun demikian, revisi bukan
sekedar memperbaiki kesalahan-kesalahan mekanis seperti ejaan, penggunaan tanda
baca, atau kesalahan gramatika. (Zainurrahman, 86-89:2013).
Jadi, dalam
proses kognitif dan revisi, bahwasanya seseorang setelah melakukan penulisan,
maka harus di cek kembali atau di review terhadap tulisan yang telah
diciptakan, karena apa yang telah diciptakan harus benar-benar bagus. Apabila
hasil tulisannya tidak sesuai dengan metode-metode, maka tulisan tersebut akan
ditolak ketika dipublikasikan.
4.
Teori Aasa
Menulis
a.
Kata
Kata merupakan unit terkecil dari
sebuah kalimat. Sebagian linguistic (pakar ilmu bahasa) mengatakan bahwa suku
kata (silabi, morfem) adalah unit terkecildari
bahasa, atau dari kalimat. Namun untuk kepentingan menulis, saya rasa berangkat
dari suku kata mungkin tidak esensial, oleh karena kita berangkat dari kata.
b.
Leksim
Leksim adalah
kata dasar. Leksim bisa berkembang dalam berbagai bentuk kata, dan bahkan bisa
berubah makna sesuai dengan perubahan bentuknya. Misalnya kata “diberlakukan”
“memberlakukan,”dan “pemberlakuan,” tiga kata ini memiliki makna-makna yang
berbeda, tetapi tigak kata ini berasal dari satu leksim, yaitu berlaku,” dan
bahkan “laku”.
c.
Prefix
Previks adalah tambahan setiap
kata, yang berada pada awal sebuah leksim, yang kerap disebut awalan. Adanya
prefiks pada sebuah leksim merubah makna dari leksim itu. Misalnya leksim
taruh, jika ditambah prefiks me dan menjadi menaruh, maka makna
dari kata tersebut sudah mengalami perubahan.
d.
Sufiks
Sufiks adalah tambahan pada leksim
yang terletak pada akhir leksim, atau disebut akhiran. Sama seperti
prefiks, sufiks, juga merubah makna dan bentuk dari sebuah leksim. Oleh karena
itu, berhati-hati dalam menggunakan kata ber-afiks juga tidak kalah pentingnya.
e.
Afiks
Afiks adalah kombinasi dari prefiks
dan sufiks, yang kita kenal dengan istilah imbuhan. Leksim rumah yang ditambahi
prefiks per dan sufiks me dan kemudian menjadi kata perumahan,
menunjukan adanya afiks (radfod et al., 2009: 140).
f.
Kata Benda
Kata benda (noun) adalah
kata yang rujukannya adalah benda. Benda itu terbagi atas benda yang dapat
dihitung (countable noun), yang tidak dapat dihitung (mass noun), benda
nyata (concrete noun), dan yang tidak nyata (abstrack noun).
Benda itu termasuk manusia, hewan, cinta, rindu, rumah, jalan, dan sbagainya.
g.
Kata Kerja
Kata kerja (verb) adalah
kata yang menunjukan perbuatan (action). Tidak penting untuk melihat
dalam sebuah kalimat, apakah ada pelaku dari perbuatan tersebut, karena selama
anda memahami sebuah kata (baik leksim atau bukan) yang merupakan sebuah
perbuatan, maka itu adalah kata kerja.
h.
Kata Sifat
Kata sifat (adjektiv) adalah
kata yang digunakan untuk menerangkan, menjelaskan, atau menyebutkan
karakteristik dari (kata) benda. Misalnya, halus, kasar, kuat, lemah, hijau,
tinggi, rendah, pendek, panjang, bulat, manis, pahit, asin, asam, cantik, dan
sebagainya.
i.
Kata Keterangan
Kata keterangan (adverb) merupakan
kata yang digunakan untuk menambahkan makna pada sebuah kata kerja, kata sifat,
atau kata keterangan yang lain. Mwskipun dikatakan “menambahkan makn,” namun
tidak selamanya kata keterangan itu bersifat opsional. (Zainurrahman, 92-108:2013)
Jadi, dalam teori asas menulis ini
meliputi kosakata, kalimat, paragraph, hingga wacana, yang didalamnya terdapat
kata, leksim, prefiks, sufiks, afiks, kata benda, kata kerja, kata sifat,
dan kata keterangan. Apabila teori asas
menulis tidak dilaksanakan, maka tulisan sipenulis belum bisa dikatakan
sempurna bahkan belum bisa dipublikasikan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Jenis-jenis tulisan, diantaranya:
· Jenis
eksposisi
· Jenis
deskripsi
· Jenis narasi
· Jenis
argumentasi
Tingkatan menulis, diantaranya:
· Timbulnya
pemahaman baca tulis (emergent literacy)
· Menulis
permulaan (beginning writing)
· Pembinaan
kelancaran menulis (building fluency)
· Menulis untuk
kesenangan dan belajar (writing for pleasure)
· Menulis matang
(mature writing)
Strategi menulis, diantaranya:
· Kemampuan
menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:
· Kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis
· Kepekaan
terhadap kondisi pembaca
· Kemampuan
menyusun perencanaan penelitian
· Kemampuan
menggunakan bahasa Indonesia
· Kemampuan
memuali menulis, dan
· Kemampuan
memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila
ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Teori-teori menulis, diantarannya:
·
Teori keterampilan berbasa
·
Teori proses kognitif
·
Teori asas menulis
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna
didunia ini, kecuali yang maha besar, yang menciptakan seluruh alam yakni allah
swt, oleh sebab itu kami terbuka kepada siapa saja yang ingin menyampaikan
saran dan kritiknya kepada saya selaku penulis untuk memperbaiki tulisan yang
saya susun ini. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Diunduh pada
hari / tanggal : Selasa, 11 Maret 2014
Pada jam 18 :
28 WIB
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa
Zainurrahman. 2013. Menulis dari
Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme. Bandung: Alfabeta CV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar